DEPOKBAGUS.COM Terbitnya Surat Edaran Nomor 421/937/II/Feb.SMP/2020 terkait pelarangan bagi pelajar merayakan hari Valentine oleh pemerintah kota Depok melalui Dinas Pendidikan (Disdik) mendapatkan beragam tanggapan. Salah satunya ketua Yayasan Terang Anak Indonesia (YATERI) Susan Siregar.
Susan berpendapat, merayakan Valentine merupakan hak anak untuk mengekspresikan diri dan rekreasi, asal dengan tata krama yang jelas.
Menurutnya, kita harus membuka peluang untuk mengekspresikan mereka, namun terus memantau kegiatan mereka.
“Untuk konteks sekolah, perayaan Valentine tetap akan dilakukan anak walau sekolah melarang. Apalagi bagi anak yang sudah punya teman dekat, laki-laki atau perempuan. Bisa pacar, atau bisa sahabat,” kata Susan di Depok, Kamis (13/02/20).
Susan menegaskan, sekolah sebaiknya mengikuti tren anak muda dengan ketentuan memberikan peluang mereka mengekspresikan perayaan Valentine itu di sekolah melalui berbagai kegiatan yang dirancang dan dilakukan oleh anak yang tujuannya ungkapan sayang para siswa pada para guru.
Menurut Susan, sekolah juga bisa memberikan informasi yang benar tentang asal mula perayaan Valentine dan menekankan bahwa memberikan kasih sayang tidak harus pada tanggal tertentu, tetapi harus berlaku sepanjang hidup kita, tidak hanya pada orang yang kita kasihi, tetapi juga pada orang yang jahat pada kita.
“Ini bisa jadi point untuk katakan Stop Bully!, sebagai langkah awal untuk gerakan cinta damai dalam rangka merayakan Valentine,” tegas Susan.
Susan mengatakan, seringkali kita melarang ‘sesuatu’ karena kita tidak mau mengawasi anak-anak kita dan ‘menghindari’ pendampingan yang seharusnya kita lakukan.
Susan tak menampik anggapan sebagian golongan menyatakan Valentine dianggap mengakui budaya Barat dan merusak karakter anak bangsa.
Padahal, oleh budaya Barat, Valentine dipandang sebagai karakter saling menghargai dan menyayangi manusia lainnya.
“Untuk Indonesia, peringatan hari Valentine mulai merasuk anak muda. Hari kasih sayang sama seseorang, namun ada juga yang global untuk sesama,” kata Susan.
Menurut Susan, tema Valentine jelas, hari kasih sayang. Implementasi perayaannya terkadang dilakukan dengan tidak benar oleh anak-anak remaja, sehingga dilakukan pelarangan perayaannya. Padahal, tidak semua anak atau bahkan tidak ada kasus yang menunjukkan penyalahgunaan tema Valentine.
“Saya melihat kekhawatirannya hanya terletak pada budaya Barat yang dianggap jelek, menjerumuskan, negatif, dan lainnya,” tukasnya.[]
Sumber : Depokbagus.com